Sabtu, 31 Agustus 2013
Jumat, 30 Agustus 2013
Taman Bacaan Sebagai Solusi Mengatasi Rendahnya Minat Baca Masyarakat
Bangsa Indonesia telah memasuki era globalisasi
yang erat kaitannya dengan modernisasi dan selalu membutuhkan teknologi
dan informasi dalam pelaksanaannya. Era globalisasi dapat diartikan sebagai
jaman persaingan bebas yakni persaingan baik dari segi perekonomian, pertahanan
nasional, perkembangan teknologi dan sebagainya dengan negara –
negara lain seperti RRC, Korea, Jepang, Malaysia, Amerika Serikat dan
Negara-negara maju lainnya.
Bangsa Indonesia dalam hal ini dituntut
untuk selalu meningkatkan perkembangan teknologi dan informasi dari segala
aspek tanpa meninggalkan adat ketimuran yang selalu dianut oleh Bangsa
Indonesia sejak jaman sebelum kemerdekaan. Salah satu penyelesaian yang paling
efektif untuk Bangsa Indonesia dalam memasuki era globalisasi adalah
peningkatan mutu sumber daya manusia sehingga Bangsa Indonesia dapat
disejajarkan dengan Negara-negara maju, dari segi ilmu pengetahuan.
Upaya yang ditempuh oleh pemerintah untuk
meningkatkan mutu atau kualitas sumber daya manusia dari segi ilmu pengetahuan
yaitu dengan memperluas pengetahuan sumber daya manusia dari hal yang paling
kecil dan sederhana yakni membaca. Membaca adalah jembatan dunia. Membaca
membuka cakrawala akan informasi yang belum didapatkan sebelumnya dan dengan
membaca akan mengantarkan Bangsa Indonesia selangkah lebih maju dengan Negara
berkembang lainnya.
Namun dalam pelaksanaannya upaya pemerintah,
untuk meningkatkan minat baca masyarakat belum bisa dikatakan berhasil. Banyak
hal yang dapat membuat warga kurang menyadari akan pentingnya budaya membaca
diantarannya adalah kemiskinan yang memungkinkan seseorang tidak dapat
menjangkau pembelian buku, atau masalah kurangnya informasi bahwa perpustakaan
yang dimiliki pemerintah selalu ada untuk dikunjungi, atau jarak antara
perpustakaan dengan domisili warga yang kurang memungkinkan untuk dikunjungi.
Atau dapat juga karena belum ada pihak yang memberikan semangat baca untuk
warga setempat.
Salah satu terobosan baru yang diharapkan mampu
menjawab semua persoalan di atas adalah aksi pendirian Taman Bacaan. Dengan
harapan kehadiran Taman Bacaan ini mampu menjangkau masyarakat kelas
ekonomi menengah kebawah maupun ekonomi menengah keatas dari segi lokasi
dan fasilitas baca gratis yang ditawarkan. Dengan adanya taman bacaan juga
dapat menjawab sebuah kerinduan membaca anak-anak usia sekolah yang kurang
mampu, karena membaca adalah hal positif bermanfaat yang sangat perlu
dibiasakan sejak usia dini.
Salam
Budaya Gemar Membaca antara Masalah, Tantangan dan Peluang
Hampir secara keseluruhan, bangsa yang sudah maju dan ingin maju, kegiatan membaca merupakan suatu kebutuhan, sama seperti kebutuhan sandang, pangan, dan papan (SPP). Membaca adalah satu aktivitas penting bagi terciptanya generasi-generasi yang memiliki wawasan luas dalam segal hal, dan sudah barang tentu peka terhadap kondisi lingkungannya. Ada pepatah yang mengatakan, “dengan membaca kita bisa membedah isi dunia”. Sebenarnya, dengan membaca, seseorang telah melibatkan banyak aspek; meliputi berpikir(to think), merasakan(to feel), dan bertindak melaksanakan hal-hal yang baik dan bermanfaat sebagaimana yang dianjurkan oleh bahan bacaan (to act).
Masalah gemar membaca sudah menjadi masalah bangsa, karena rendahnya budaya membaca bagi bangsa kita sudah sangat memperihatinkan, belum lagi di era serba tekhnologi ini, budaya membaca semakin mengalami kemunduran, pasalnya, serbuan media elektornik, seperti televisi, internet, radio dan lain sebagainya telah membuat aktivitas membaca menjadi pekerjaan yang dinomorduakan. Tidak hanya generasi yang instan yang bakal lahir, melainkan manusia-manusia yang tidak mengawali satu pekerjaan dari nol dan bersungguh-sungguh, sehingga orisinalitas ide serta beragam inovasi daribermacam kreativitas menjadihal yang sangat sulit direalisasikan, apalagi dikembangkan.
Akan tetapi di negeri Ibu pertiwi ini, budaya membaca belum sepenuhnya menjadi laku keseharian, mengingat di satu sisi, pendidikan kita belum mampu meletakkkan fondasi dasar bahwa membaca adalah kebutuhan paling vital sebelum jauh menginjak tingkat pendidikan ke arah yang lebih tinggi. Di lain sisi, pendidikan sampai saat ini pun belum menjamah seratus persen sampai ke setiap wilayah pelosok negeri, terutama desa-desa terpencil yang tidak mendapat perhatian lebih, baik dari pemerintah daerah maupun pusat.
Budaya membaca ini selalu menjadi permaslahan pokok di negri ini dalam lingkup bidang pendidikan. Hampir tidak dapat dipahami bahwa negri yang kaya akan sumber daya alam dengan jumlah penduduk terpadat ke empat di dunia tetapi masih belum bisa mewujudkan budaya gemar membaca apalagi menyediaakan fasilitas baca seperti perpustakaan yang nyaman bagi penduduknya terutama pelajar.
Persoalan kompleks akan kita temui apabila kita benar-benar fokus untuk menyelesaikan permasalahan membaca ini. Tapi yasudalah, ketika kita hanya fokus pada mengeluh sebatas pemasalahan yang ada maka kita akan tetap pada tempat yang sama di mana lingkaran kebodohan akan selalu setia bersama kita.
Sudah saatnya kita bangkit dengan sebuah tekat berdiri di atas kaki sendiri. Iya, bangsa yang berpeluang untuk maju di segala aspek kehidupan masyarakatnya adalah bangsa yang mampu untuk berusaha sendiri selama ia masih bisa. Lalu kita bertanya apa maksud dari kalimat di atas?
Saatnya kita bersama bangkit dari bawah dari hal yang paling kecil yaitu mewujudkan fasilitas baca yang nyaman dan melakukan kampanye membaca! Ibu pertiwi ini sedang menanti kita untuk bangkit dan bergerak menuju masa depan bersama generasi muda saat ini. Salam.
Langganan:
Komentar (Atom)

